Selasa, 22 November 2011

Pejeng, Mutiara Budaya di Timur Nusantara





Sejak zaman dahulu kala, Negara kepulauan Indonesia sudah terkenal dengan kekayaan alamnya. Tidak sedikit bangsa-bangsa besar yang ingin menguasai kepulauan yang terletak tepat di garis ekuator ini. Selain kekayaan sumber daya alam yang tak terhingga, Nusantara ini pun memiliki kekayaan seni, budaya dan sejarah. Meskipun baru merdeka 64 tahun, namun perjalanan sejarah bangsa ini terhitung cukup panjang. Tentu saja perjalanan panjang tersebut meninggalkan warisan-warisan purbakala yang tak ternilai harganya.

Seiring dengan bertambahnya usia republik ini, ternyata semakin banyak pula ditemukan warisan-warisan budaya dan sejarah yang baru. Banyak lokasi-lokasi di Nusantara yang sudah dipromosikan sebagai warisan budaya dunia. Masyarakat internasional pun tentunya sangat familiar dengan lokasi-lokasi seperti desa Prambanan tempat berdirinya belasan candi bercorak Hindu atau kecamatan Muntilan dimana kita dapat melihat keagungan candi Borobudur yang bercorak Budha, keduanya adalah warisan dari zaman kerajaan Mataram kuno. Hingga hari ini pun masih dilakukan penelitian-penelitian mengenai kemungkinan-kemungkinan ditemukannya candi-candi baru di kedua daerah tersebut.
Selain kedua lokasi di atas yang notabene terletak di pulau Jawa, Nusantara ini sebenarnya masih memiliki lokasi-lokasi lain yang memiliki banyak warisan-warisan purbakala. Salah satunya adalah desa Pejeng yang terletak di kabupaten Gianyar propinsi Bali. Desa Pejeng ini memang tidak sepopuler wilayah-wilayah lainnya di Bali. Namun, ironisnya desa Pejeng ini merupakan salah satu daerah pusat kerajaan Bali kuno.
Seperti layaknya desa Prambanan atau kecamatan Muntilan, desa Pejeng ini pun memiliki banyak sekali peninggalan-peninggalan purbakala seperti Pura Kebo Edan, patung Arjuna Metapa, dan Pura Pusering Jagat, satu dari pura Sad Kahyangan, serta Pura Penataran Sasih, pura tertua di Bali yang berumur 2200 tahun. Selain situs-situs tersebut, di desa ini pun berdiri museum Arkeologi dan Gedong Arca. Jika kita menjelajah lebih dalam lagi, maka kita akan lebih banyak menemukan berbagai situs-situs bersejarah, seperti pura Pengukur-ukuran dan Goa Garba atau Candi Tebing Kerobokan. Kedua situs ini terletak tepat di tepian sungai Pakerisan.
Berdasarkan berbagai penelitian dari para arkeolog diasumsikan bahwa banyak sekali situs-situs purbakala seperti candi-candi dan ceruk-ceruk pertapaan dibangun di tepian sungai Pakerisan. Dari asumsi ini, sebenarnya dapat disimpulkan bahwa kekayaan purbakala desa Pejeng belum sepenuhnya tergali, melihat bahwa desa ini berdiri di tepi sungai Pakerisan yang legendaris. Jika dilihat dari aspek pariwisata, maka desa Pejeng ini memiliki daya jual dan potensi pariwisata yang sangat tinggi. Namun tentu saja, promosi dan pengemasan desa ini harus dilakukan sebaik mungkin agar menjadi salah satu tujuan wisata. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar